Minggu, 22 Maret 2009

Nilai sebuah Integritas


Nilai Sebuah Integritas
Oleh : USEP SAEFUROHMAN, S.Pd.
(Master Class SDIT Bina Muda)



Inti dari keinginan sebagian besar manusia lebih banyak ditunjukkan untuk memuaskan diri sendiri daripada menolong sesama manusia. Banyak hal, dalam kasus berbeda yang menunjukkan tingkat kejujuran yang rendah, seenaknya sendiri mengambil milik dan merampas hak orang lain, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, sikut kanan sikut kiri, tendang depan-tendang belakang, tidak peduli dengan kepentingan orang lain asalkan tujuan pribadinya tercapai.

Bahkan, dalam beberapa kasus, menggunakan jabatan untuk memperkaya diri sendiri adalah hal lazim yang dilakukan oleh banyak orang. Di beberapa surat kabar sering kita membaca berita tentang oknum penegak hukum yang memainkan “celah” hukum untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Pada kesempatan yang lain, sering juga kita baca kasus tentang aparat pemerintah yang berindak memeras rakyat jelata, para wakil rakyat bertindak asusila. Atau di tempat lain, di sebuah perusahaan Departemen milik pemerintah yang masih sepi pada saat jam kantor sudah mulai, dan sudah sepi kembali sebelum jam istirahat siang dimulai. Padahal, mereka digaji untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan taat pada peraturan.

Ironis memang. Namun, itulah realitas hidup. Bahwa sesungguhnya, nilai sebuah integritas sangatlah mahal, karena sesungguhnya ia adalah pancaran keagungan Tuhan yang keluar dari hati nurani terdalam manusia. Sebagai manusia, selayaknya kita mencari cara dan kesempatan agar pancaran itu dapat bersinar terang dalam hidup kita, sehingga nilai-nilai integritas dapat menjadi warna dalam perjalanan hidup kita menuju gerbang keberhasilan yang kita inginkan. Untaian kalimat yang diungkapkan Sayyid Qutub cukup mengingatkan kita, “Barangsiapa yang hidup untuk dirinya sendiri, maka ia hidup sebagai manusia kecil, dan akan matai sebagai manusia kecil. Barangsiapa yang hidupnya untuk orang lain, maka ia hidup sebagai manusia besar, dan tidak akan pernah mati selamanya”.

Integritas adalah nilai (value) dari kehidupan manusia sesungguhnya. Tanpa integritas, kesuksesan hidup hanyalah sebuah fatamorgana kepentingan pribadi yang tidak bernilai bagi lingkungan dan kemanusiaan. Orang-orang yang berjuang mewujudkan cita-cita hudup tanpa dikendalikan oleh nilai-nilai integritas akan menjadi para pemangsa yang rakus, curang, munafik, dan tidak mengenal belas kasihan. Pada akhirnya ia akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan hidupnya. Setiap saat, kita selalu berhadapan pada dua pilihan yang sulit dalam hidup, yaitu antara “apa yang ingin kita lakukan” dan “apa yang harus kita lakukan”. Integritaslah yang menjadi wasit untuk menetapkan norma-norma tentang siapa diri kita sebenarnya. Tepat sekali apa yang diucapkan oleh Mahatma Gandhi, “Happiness is when what You think, what You say, and what You do are in harmony.” (Kebahagiaan adalah ketika apa yang kita pikirkan, apa yang kita katakan, dan apa yang kita lakukan berada dalam satu jalan yang harmonis). Orang-orang yang memiliki integritas akan menjadi manusia yang “utuh”, sesuai antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Integritas akan menjadi sistem norma dalam hidup kita dan integritas akan menjadi navigasi yang akan mengarahkan kehidupan kita.

Ahli Biologi di bidang kelautan mempunyai masalah yang krusial khususnya ketika ingin mengamati kehidupan spesies laut pada malam hari. Berenang di kegelapan malam membuat para penyelam sering kali kebingungan menentukan mana arah yang menghadap ke atas karena di mana-mana yang ada hanya kegelapan. Sering kali jika lampu kurang cukup terang, mereka bukannya berenang mendekati permukaan tetapi malah menyelam ke arah kedalaman . hal yang serupa berlaku sama dengan integritas kita dalam mengejar cita-cita hidup. Tanpa integritas, bukan hanya seorang manusia kehilangan jati diri tetapi sebuah bangsa besar pun dapat hancur. Tembok Cina yang megah dan kokoh didirikan pada zamannya untuk melindungi bangsa Cina dari serangan Barbar. Namun, sangat menyedihkan, tembok nan kokoh itu pun mampu didobrak oleh musuh bukan dengan menggunakan kekuatan senjata api tetapi dengan menyogok penjaga gerbang tenbok itu. Negara Indonesia yang kaya akan hutan dan hasil alam, bukan terkenal dengan kekayaan alamnya melainkan popularitas yang muncul adalah korupsi, kolusi dan nepotisme yang merajalela. Tanpa integritas yang tinggi niscaya sebuah bangsa tidak bias maju dan sukses.

Kehidupan ini dapat diandaikan sebagai sebuah kapal raksasa yang sedang mengarungi lautan luas dan ganas. Sebuah kapal raksasa, tidak pernah takut dan gentar berada di tengah badai yang dahsyat atau pekatnya malam selama tidak ada air yang masuk ke kapal itu. Namun, jika ada sedikit kebocoran pada tubuh kapal yang disebabkan oleh satu orang saja, maka itu berarti tinggal menunggu waktu, kapal yang besar akan karam ke dasar laut. Begitu pula dalkam kehidupan ini, jika ada satu saja perilaku kita yang bertentangan dengan nilai-nilai integritas, dunia akan mencerca seluruh kehidupan kita, walaupun kesalahan itu hanya dilakukan satu kali dan tidak sebanding dan sebanyak dengan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan sebelumnya.

Juara sejati adalah seseorang yang berusaha menonjolkan sisi baiknya dan berusaha membuang sisi buruk dalam hidupnya. Mengapa kitab suci agama, Al-Quran mampu bertahan selama berabad-abad lamanya walau peradaban sudah sedemikian maju, jawabannya adalah karena yang diajarkan adalah kebenaran. Walau berbagai kendala menghadang ketika kita ingin mengaplikasikan kebenaran dalam hidup, kita tetap merasakan pentingnya kebenaran hakiki. Karakter manusia mengikuti hal tersebut. Yang penting bukanlah seberapa lama kita hidup, tapi bagaimana kita hidup. Akhirnya, kita harus ”melakukan hal-hal yang benar” dengan cara yang benar (right things) bukan ”membenarkan segala hal” (things right). Mungkin dalam bertindak secara benar, kita tidak mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan apa yang kita inginkan, namun bukan berarti kita harus berhenti untuk melakukan kebenaran.

Tidak ada komentar: