Rabu, 24 Desember 2008

INVESTASI PROPERTI


Dengan mekanisme REIT investasi properti bisa dilakukan secara ketengan dan menjadi lebih likuid.
DARI HOUSING ESTATE

Dengan mekanisme REIT investasi properti bisa dilakukan secara ketengan dan menjadi lebih likuid.

Siapa bilang investasi properti butuh dana besar? Dengan uang sedikit pun Anda bisa punya properti melalui instrumen real estate investment trust (REIT). Skema pembiayaan properti ini lazim diterapkan pada properti komersial yang mendapat income dari hasil sewa, seperti mal, apartemen, dan hotel.

Mekanismenya, pemilik properti menaruh sertifikat propertinya di lembaga investment trust, sebagai jaminan penerbitan sejumlah saham yang dijual di lantai bursa. Investor, perorangan atau lembaga, bisa membeli saham itu sesuai kemampuan. Singapura dan Malaysia sudah menerapkannya.

Bila kelak disetujui pemerintah diterapkan di sini, REIT akan berdampak positif terhadap bisnis properti di Indonesia. Pasalnya, pembelinya tidak terbatas pada warga lokal tapi juga investor asing. Sementara developer pun memiliki alternatif sumber dana selain bank.

Tony Eddy, Presiden Direktur Tony Eddy & Associates (TEA), yang pernah mempelajari REIT di University of Wisconsin, Madison (USA), menyebutkan, di AS biasanya REIT dipakai perusahaan dengan track record bagus untuk mengambil alih, katakanlah sebuah mal besar.

YIELD

Perusahaan itu lalu mengumumkan rencananya ke pasar lengkap dengan

prospektus layaknya perusahaan yang mau go public. Di situ disebutkan perusahaan akan membeli sebuah mal seharga A rupiah, tingkat hunian B persen, tarif sewa C rupiah, dan setiap bulan mendapatkan hasil sewa D rupiah.

Dengan pengambilalihan itu perusahaan memperhitungkan, hasil sewa bisa ditingkatkan menjadi E persen. Untuk itu perusahaan akan menerbitkan sekuritas (saham) dengan harga F rupiah per lembar, dengan harapan tingkat pengembalian per lembar (yield) G persen.

"Di Singapura investor yang tertarik cukup membelinya lewat ATM yang dilengkapi menu membeli sekuritas REIT. Bukti pemilikan saham akan dikirim ke investor sesuai nama dan alamat di ATM," katanya.

Setelah uang terkumpul developer pun memakainya membeli mal. Sertifikatnya disimpan di investment trust tadi. Secara berkala setelah mal dioperasikan, perusahaan mentransfer laba dari hasil sewa ke rekening investor sesuai proporsi kepemilikan saham. "Di Amerika 95 persen pendapatan bersih dibagikan setiap enam bulan," ungkapnya.

Seiring kenaikan tarif dan pendapatan sewa, bagian laba yang diterima investor juga akan meningkat. Pendapatan sewa naik, harga pasar properti dan harga per lembar saham pun meningkat. Dengan demikian selain dari bagian laba, investor juga berpotensi meraih gain dari harga sahamnya.

LIKUID

Dengan cara itu properti yang se-lama ini dikenal sebagai investasi yang tidak likuid, melalui REIT menjadi likuid. Pasalnya, surat berharga itu bisa dijual di bursa kapan saja dan tidak dikenakan pajak seperti halnya transaksi saham perusahaan go public.

Keamanan investasi pun lebih terjamin. Kalaupun apes, misalnya di tengah jalan properti tidak laku disewakan, properti itu sendiri masih bisa dijual. Hasil penjualan dibagi secara proporsional ke-pada seluruh investor.

"Jadi, sahamnya tetap ada nilainya. Tidak mungkin nol seperti saham perusahaan bangkrut," kata Tony. Selain itu untuk memperkecil risiko, investor dapat membeli REIT di banyak properti. Jadi, kalau di satu lokasi jeblok, di lokasi lain masih meraih laba.

1 komentar:

market value from ASP & Rekan mengatakan...

artikelnya bagus banget.. salam kenal interesting.. nice smile four you. http://standarpenilaian.blogspot.com/